Senin, 19 Agustus 2013

Asyur, Kebenaran Alkitab dalam Sejarah Dunia

BAB 1
PENDAHULUAN
Berbicara tentang kekaisaran maka setiap orang yang mengetahui tentang kekaisaran akan mengerti bahwa yang dibicarakan dalam hal ini berhubungan dengan kerajaan.  Kekaisaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah negara yang dipimpin oleh kaisar.  Ada beberapa kekaisaran yang ada di dunia ini dan  salah satu kekaisaran yang akan dibicarakan dalam makalah ini adalah kekaisaran Asyur.  Di bawah ini, penulis akan membahas tentang latar belakang berdirinya kekaisaran Asyur. 
A.    Sejarah Kekaisaran Asyur
Asyur sudah dihuni sejak zaman prasejarah, dan barang pecah belah periuk dari Ik 5000-3000 sM telah ditemukan di beberapa tempat, termasuk Asyur, Niniwe dan Kalah, yang menurut Kejadian 10:11,12 didirikan oleh para imigran dari Babel[1]. Walaupun asal mula orang Asyur masih dipersoalkan, tak dapat disangsikan bahwa telah ada orang Sumer di Asyur pada tahun 2900 sM, dan kebudayaan Asyur adalah berkat dari kehadiran orang-orang dari selatan itu. Sepanjang masa ada gelombang manusia yang masuk Asyur terus-menerus dari gurun-gurun di sebelah barat dan bukit-bukit di utara (yang terakhir itu bukan orang Sem). Asyur tetap merupakan masyarakat agraris yang makmur, kehidupan dan kebiasaannya dapat kita pelajari pada lembaran-lembaran dari Nuzi. Raja-rajanya sering berperang dengan bangsa-bangsa sekeliling mereka.
Sejarah kekaisaran Asyur dibagi atas tiga periode yaitu kerajaan Asyur purba,tengah, dan baru.  Dalam sejarah kerajaan Asyur purba, sudah sekitar tahun 1900 sM Asyur telah mengadakan perang perluasan daerah di bawah pimpinan raja Ilusuma untuk menyerang Babilon utara. Syamsyi Adad I (sekitar 1749-1716 sM) merampas kerajaan Mari dan untuk pertama kali digalangnya suatu puncak pimpinan politik. Penting adalah tempat-tempat perdagangan Asyur di Kapadosia yang berpusat di Kanis (dewasa ini Kultepe). Di situ ditemukan ribuan lempengan tulisan paku dari para pedagang Asyur purba. 
 Kerajaan Asyur pertengahan dimulai sekitar tahun 1380-1076 sM. Selama waktu yang lama harus mempertahankan diri melawan kerajaan Mitanni, demikian pula melawan bangsa Het dan bangsa Babilon. Tukulti Ninurta I merebut Babel, Tiglatpiletser I (1115-1076 sM) mendesak maju sampai danau Van dan sampai Laut Tengah. Kerajaannya dilemahkan kembali oleh bangsa Aram yang datang menyerang.
Kerajaan Asyur baru dimulai sekitar tahun 909-612 sM.  Adadnerari II mengadakan peperangan dengan kekejaman yang semakin dahsyat (penyiksaan para tawanan, pembuangan dengan cara besar-besaran) melawan Babilon dan bangsa Aram. Pengganti-penggantinya memperluas perbatasannya ke utara dan ke timur. Mereka kalahkan kerajaan kecil-kecil bangsa Aram sampai Laut Tengah. Dengan sistem mendirikan propinsi (residensi baru Kalku) mereka berusaha membangun sebuah kerajaan kesatuan. Salmanaser III (858-824 sM) adalah penguasa yang pertama menyerang Israel (pertempuran di Karkar 854 sM) dan membuat Israel jadi jajahan yang membayar upeti. Tiglatpileser III (745-727 sM) menggabungkan Babilon pada kerajaannya dalam bentuk persartuan khusus.
Di bawah dinasti Sargonid yang didirikan oleh Sargon II, Asyur berhasil mencapai puncak kekuasaannya: 721 sM Samaria direbut. Tahun 701 sM Sanherib mengepung Yerusalem, tetapi tidak berhasil merebutnya. Tahun 689 sM ia menghancurkan Babel
yang telah memberontak. Residensinya dipindahkan ke Ninewe. Esarhadon (681-668 sM) dan Asurbanipal (668-631 sM) menguasai sebuah kerajaan yang meluas sampai Mesir. Kehancuran kerajaan segera timbul. Jenderal dari Babilon Nabopolasar berhasil merebut takhta di Babel. Bersama dengan raja bangsa Meden Kiyaksares ia merebut Asyur (614 sM) dan Ninewe (612 sM). Dengan perebutan itu Asyur lenyap dari sejarah. Warisannya diterima oleh kerajaan Babilon baru.
B.    Raja-raja yang Memerintah dalam Kekaisaran Asyur
Raja-raja Asyur dan masa pemerintahannya yang terpenting adalah sebagai berikut[2]:
·         Tiglat-Pileser III  745-727 SM
·         Salmaneser         727-722 SM
·         Sargon II              722-705 SM
·         Sanherib              705-681 SM
·         Esarhaddon         681-669 SM
·         Asyurbanipal       669-631 SM
Raja-raja Asyur yang dituliskan dalam Alkitab yaitu dimulai dari raja Tiglat Pileser III yang menginvasi Israel ( II Raja-raja 16:7,10; I Tawarikh 5:6,26; II Tawarikh 28:20 ).  Kemudian raja Sargon II yang mengalahkan Asdod dan menaklukkan Samaria dan menangkap orang Israel sebagai budak ( Yesaya 20:1 ).  Lalu raja Sanherib yang menyerang Yehuda tapi tidak mampu untuk merebut Yerusalem ( II Raja-raja 18:13-19:37 ).  Dan raja Esarhadon yang menggantikan ayahnya Sanherib ( II Raja-raja 19:37 ).
Di bawah pemerintahan Tukulti-Ninurta 11(890-885 sM) yang berasal dari suatu keluarga raja yang baru, Asyur mulai melancarkan aksi militer atas suku-suku yang pernah menindasnya. Putranya, Asyurnasirpal II (885-860 sM), dalam serangkaian perang yang hebat menundukkan suku-suku di Efrat Tengah, mencapai Libanon dan Filistia, di mana kota-kota pantai membayar upeti kepadanya. Ia juga mengirim ekspedisi ke Babel Utara dan bukit-bukit di sebelah timur. Pada masa pemerintahannya Asyur memulai penindasan yang terus-menerus atas negeri-negeri di sebelah barat, yang kemudian membuat Asyur terlibat dalam sejarah Israel. Lebih dari 50.000 tawanan bekerja dalam rangka perluasan Kalah, di mana Asyurbanipal membangun benteng baru, istana dan kuil-kuil, dan mulai membangun menara (ziggurat). Ia mempekerjakan ahli seni untuk mengukir patung-patung di dalam kamar tamunya dan ahli-ahli pertanian untuk memelihara kebun-kebun tumbuhan dan ternak.
Putra Asyurnasirpal, Salmaneser III (859-824 sM), meneruskan kebijaksanaan bapaknya dan memperluas garis perbatasan Asyur, sehingga ia menguasai dari Urartu sampai Teluk Persia dan dari Media hingga pantai Siria dan Tarsus. Pada thn 857 sM ia merebut Karkemis dan serangannya terhadap Bit-Adini membuat kota-kota besar di bagian barat daya sadar akan bahayanya. Irhuleni Raja Hamat dan Hadadezer raja Damsyik, membentuk koalisi anti-Asyur terdiri dari 10 raja, menghadapi tentara Asyur dalam pertempuran Qarqar (853 sM) yang hasilnya tidak jelas. Menurut catatan-catatan sejarah Asyur,raja Ahab dari Israel menyediakan 2.000 kereta perang dan 14.000 orang dalam pertempuran ini. Pada thn 841 sM koalisi ini pecah, sehingga seluruh kekuatan Asyur dapat ditujukan terhadap Hazae1 Raja Aram, yang terpaksa mengundurkan diri masuk Damsyik. Ketika pengepungan kota itu gagal, Salmaneser bergerak melalui Hauran ke Nahr el-Kelb di Libanon dan di sana menerima upeti dari penguasa-penguasa Tirus, Sidon dan Yehu, putra Omri, raja Israel, hal ini tidak disebut dalam Perjanjian Lama tapi dilukiskan pada Tugu Hitam Salmaneser di Nimrud.
Pada kurun waktu berikutnya raja-raja Asyur terus mengadakan serangan terhadap Aram. Karena itu Aram terpaksa berhenti menyerang Israel (2 Raj 12:17; 2 Taw 24:23-24) dan negara-negara lain. Banyak penguasa membawa hadiah kepada raja Asyur sebagai penghargaan atas bantuan itu. Pada thn 804 sM raja Asyur menyatakan, bahwa di antara mereka yg membawa upeti adalah Siria Utara, Siria Timur, Tirus, Sidon, tanah Omri (Israel), Edom dan Filistea sejauh Laut Tengah. Serangan Asyur ini memungkinkan Yoas untuk memulihkan kembali kota-kota yg telah direbut oleh Hazael (2 Raj 13:25).
 Salmaneser IV (781-772 sM) tetap mengadakan tekanan terhadap Damsyik, dan ini pasti membantu Yerobeam untuk memperluas perbatasan Israel hingga ke jalan masuk ke Hamot' (2 Raj 14:25-28), yaitu Lembah Bega. Tiglat-Pileser III (745-727 sM), adikuasa, bermaksud memperoleh kembali dan bahkan memperluas daerah-daerah yang mengabdi kepada berhala nasional Asyur. Pada permulaan pemerintahannya ia menjadi Raja Babel dengan memakai nama pribumi Pul (2 Raj 15:19; 1 Taw 5:26). Ia menundukkan para pemberontak di negeri-negeri utara, dan mengepung Arpad 3 tahun lamanya (743-740 sM), selama waktu ini Rezin, raja Damsyik, dan penguasa-penguasa negeri-negeri lain yang berdekatan membawa upeti kepadanya.
 Sementara Tiglat-Pileser absen di utara tahun 738, timbul pemberontakan yg dipimpin oleh Azriau dari Yaudi yang bersekutu dengan Hamat. Mungkin inilah Azaria dari Yehuda, walaupun ada kemungkinan lain bahwa yg dimaksud ialah suatu negara kota yang kecil di Siria Utara bernama Yaudi. Pada waktu ini Tiglat-Pileser menyatakan telah menerima upeti dari Menahem dari Samaria (Israel) dan Hiram dari Tirus. Ini juga tidak disebut dalam Perjanjian Lama, yang mencatat pembayaran di kemudian hari. Jika jumlah 50 syikal perak yang harus dibayar oleh setiap orang Israel yang kaya raya untuk memenuhi upeti ini, dibandingkan dengan persyaratan Asyur yang sezaman, maka menjadi jelas bahwa setiap orang harus membayar nilai yang sama dengan nilai seorang budak, untuk menghindari pembuangan (2 Raj 15:20).
Dua tahun kemudian serangkaian perang dilancarkan yang berakhir dengan direbutnya Damsyik thn 732 sM. Tiglat-Pileser menurut kitab sejarahnya, memecat Pekah yg telah membunuh Pekahya anak Menahem raja Israel dan mengangkat Ausi (Hosea; bnd 2 Raj 15:30). Hal ini mungkin terjadi tahun 734 sM, ketika orang-orang Asyur bergerak menyusuri pantai Fenisia dan melalui perbatasan Israel sejauh Gaza, yang rajanya, Hanunu melarikan diri menyeberangi S Mesir .
Salah satu alasan untuk tindakan ini ialah jawaban terhadap permintaan lauhazi (Yehoahas atau Ahas) dari Yehuda, yang upetinya terdaftar dengan upeti Amon, Moab, Askelon, dan Edom, untuk membantunya melawan Rezin raja Damsyik dan Pekah raja Israel (2 Raj 16:5-9). Negeri Israel (Bit-Humria) diserang, Hazordi Galilea dihancurkan (2 Raj 15:29), dan banyak tawanan diasingkan. Ahas pun harus membayar mahal untuk bantuan ini dan harus menerima kewajiban-kewajiban dalam bidang agama (2 Raj 16:10 dab); mezbah yang diimpor melambangkan bahwa Yehuda tunduk kepada Asyur, lambang yang lain ialah patung raja Asyur seperti yang didirikan oleh Tiglat-Pileser di Gaza yang ditaklukkannya.
Salmaneser V (727-722 sM) putra Tiglat-Pileser III, juga berperang di barat. Ketika Hosea raja Israel, abdi Asyur itu, gagal membayar upeti tahunannya setelah tergiur oleh tawaran bantuan dari Raja Mesir (2 Raj 17:4), Salmaneser menyerang Samaria. Tiga tahun kemudian menurut Riwayat Sejarah Babel, ia mematahkan pertahanan kota Syamara'in. Dalam 2 Raj 17:6 disebut seorang raja Asyur yang namanya tidak dicatat, merebut Samaria dan mengangkut orang-orang Israel ke pembuangan di daerah Efrat Atas dan Media, mungkin raja ini ialah Salmaneser V. Tapi penggantinya, Sargon II, kemudian menyatakan penaklukan Samaria tahun 722 sM sebagai tindakan sendiri, jadi ada kemungkinan bahwa raja yang tak disebut, namanya itu ialah Sargon. Sargon mungkin bersama Salmaneser dalam pengepungan itu, lalu menyelesaikannya sesudah Salmaneser meninggal.
Sargon II (722-705 sM) adalah pemimpin penuh semangat seperti Tiglat-Pileser III. Ia mencatat bahwa ketika para warga kota Samaria dibujuk oleh Iau bi'di dari Hamat untuk tidak membayar upeti, maka ia memindahkan 27.270 (atau 27.290) orang dari daerah Samaria bersama berhala-berhala yang mereka puja. Tanggal persis pembuangan ini, yang mematahkan kemerdekaan Israel, belum dapat ditetapkan dari catatan-catatan sejarah Asyur. Namun raja-raja di daerah Palestina masih bersandar pada Mesir untuk mendapat bantuan, dan sejarah dari zaman ini merupakan latar belakang nubuat Yesaya. Pada thn 715 sM Sargon campur tangan lagi, menjarah Asdod dan Gat lalu menyatakan telah menaklukkan Yehuda, tapi tak ada bukti dalam Perjanjian Lama bahwa ia memasuki negeri itu pada zaman ini.
Tahun-tahun pertama pemerintahan Sanherib (705-681 sM) dilancarkan penindasan atas beberapa pemberontakan. Tahun 703-701 sM Marduk-apla-iddina (Merodakh-Baladan) merebut takhta Babel, dan dibutuhkan suatu ekspedisi besar untuk mengusirnya. Mungkin pada tahun-tahun inilah orang Babel meminta bantuan kepada Hizkia (2 Raj 20:12-19). Celaan Yesaya mengenai persekutuan ini memang benar, karena pada thn 689 orang Asyur telah mengusir Merodakh-Baladan keluar dari negeri itu dan menjarah Babel. Suatu aksi armada laut, yaitu menyeberangi Teluk Persia, untuk mengejar pemberontak dibatalkan setelah diterima berita kematian Merodakh di Elam.
Pada tahun 701 sM Sanherib bergerak ke Siria, mengepung Sidon, lalu bergerak ke selatan untuk menyerang Askelon yang memberontak. Mungkin pada waktu inilah orang-orang Asyur berhasil mengepung Lakhis (2 Raj 18:13-14), dengan kemenangan seperti dilukiskan pada gambar timbul di istana Sanherib di Niniwe. Pasukan Sanherib kemudian bergerak untuk mendekati tentara Mesir di Eltekeh. Selama gerakan-gerakan ini, di Yehuda, Hizkia membayar upeti (2 Raj 18: 14-16) kepada Asyur, suatu kenyataan yang dicatat dalam catatan sejarah Asyur. Mungkin pada masa inilah Sanherib mengurung Hizkia orang Yudea di Yerusalem seperti seekor burung dalam sangkar dan menuntut agar ia menyerah (2 Raj 18:17-19:9). Nampaknya 2 Raj 19:8 mendukung pandangan ini, dan kapan saja peristiwa ini terjadi, maka orang Asyur tiba-tiba meninggalkan pengepungan lalu mengundurkan diri (2 Raj 19:35 ).
Di barat Esarhadon melanjutkan politik ayahnya dengan memeras upeti dari negara-negara kota di daerah itu. Perlawanan terhadap kekuasaan Asyur ini dihasut oleh Tirhaka raja Mesir, tapi Esarhadon menghancurkannya. Ia menambah jumlah yang harus dibayar, lalu mengumpulkan sebagai tambahan kayu, batu, dan perbekalan lain untuk istananya yang baru di Kalah, dan untuk pembangunan kembali kota Babel. Mungkin dalam rangka inilah raja Manasye ditangkap dan dibawa ke sana (2 Taw 33:11).
Menasi (Manasye) dari Yehuda disebut antara mereka dari siapa Esarhadon menuntut upeti pada waktu itu. Esarhadon memimpin suatu ekspedisi besar ke Mesir tahun 672 sM, yang hasilnya ialah beberapa gubernur Asyur ditempatkan di kota-kota Mesir Tebe dan Memfis. Pada tahun yang sama Esarhadon memanggil para raja bawahan untuk mendengar pernyataannya mengenai Asyurbanipal sebagai Pangeran Mahkota dan ahli warisnya. Terlihat bahwa Manasye, seperti semua raja bawahan lainnya harus bersumpah setia abadi kepada Asyur, yaitu berhala nasional dari Raja besarnya (2 Raj 21:2-7, 9).
Pada akhir pemerintahan Esarhadon, Firaun Tirhaka menghasut para pemimpin pribumi di Mesir Rendah untuk berontak. Dalam perjalanan untuk menumpas pemberontakan ini Esarhadon meninggal di Haran. Anaknya, Asyurbanipal (669-1k 627 sM), segera meneruskan rencana ayahnya dan bergerak melawan Tirhaka. Ia terpaksa melancarkan tiga pertempuran yang dahsyat dan menjarah Tebe (tahun 663; Nah 3:8) sebelum Mesir dikuasai kembali. Pada pemerintahan Asyurbanipal kerajaan Asyur mencapai perluasan wilayahnya yang paling besar, namun Asyur dihukum untuk jatuh dengan cepat.
C.   Kebudayaan Asyur
Seperti halnya dengan bangsa Akad, demikian pula dengan bangsa Asyur mengambil alih kebudayaan Sumer. Orang-orang Asyur adalah orang-orang yang sangat berbudaya yang menghasilkan karya-karya sastra,seni,dan arsitektur bernilai tinggi[3] . Di waktu belakangan, mereka dipengaruhi (oleh kebudayaan) Babilon. Meskipun demikian mereka masih sempat menelorkan karya budaya sendiri yang bernilai. Misalnya Hukum Kerajaan Asyur pertengahan dipandang penting sekali untuk perkembangan hukum yang tertulis dalam tulisan paku. Hukum ini lain daripada Kodeks Hammurapi lebih mendekati kebudayaan Hurrim. Seni hiasan pada monumen kerajaan Asyur baru, juga amat terkenal (relief dinding di Niniwe dan Korsabad). Di dalam Bibliotiknya, Asurbanipal memiliki 8.000 sampai 10.000 lempengan tanah liat dengan naskah-naskah penting (mulia) dari sastra dunia (Epos Gilgames, Enuma Elis dan lain-lain)
Bangsa Asyur menyembah banyak  dewa. Tiap-tiap kota mereka mempunyai dewanya sendiri. Asyur adalah nama dari dewa kota Asyur,ibukota kerajaan Assiria. Ini berarti dewa Asyur merupakan raja semua dewa. Isytar adalah dewi dari kota Niniwe. Raja-raja Asyur percaya dewa-dewi mereka,terutama dewa Asyur berkuasa memberikan mereka kemenangan atas musuh-musuh. 

Bangsa Asyur memperlakukan musuh-musuh mereka sebagai orang-orang yang memberontak melawan dewa-dewa Asyur,dan menghukum mereka karena kemurtadan itu. Dalam suatu peninggalan sejarah Sargon II pernah menuliskan ucapannya ketika menghukum musuh-musuh sebagai berikut:” atas perintah dewa Asyur,tuhanku,aku telah mengalahkan mereka’. Sanherib juga mempunyai gagasan yang sama ketika ia menulis pada suatu prasasti kalimat yang berbunyi: “ dengan pertolongan Asyur,tuhanku,aku menentang mereka dan mengalahkan mereka[4].

Banyak contoh kesenian Asyur telah dipelihara; bermacam-macam lukisan dinding, gambar timbul, patung, perhiasan, meterai silinder, ukiran gading, karya perunggu dan logam. Beberapa gambar timbul menarik perhatian karena memperlihatkan peristiwa yg berhubungan dengan PL; misalnya, prasasti dan tugu Salmaneser menyebut Israel dan menggambarkan Yehu. Ukiran-ukiran di istana Sanherib di Niniwe menggambarkan pengepungan Lakhis dan pengerahan tawanan orang Yahudi untuk bekerja pada proyek-proyek bangunan.

BAB II
KEKUASAAN ASYUR
Asyur adalah sebuah negara di Mesopotamia utara ( sekarang Irak ) yang membangun sebuah kekaisaran sangat kuat abad ke -8 dan ke-7 SM.  Kekuatan baru ini didasarkan pada kekuasaan tentara Asyur yang sangat kejam.
A.    Asyur dalam Pemerintahannya

Pemerintah berasal dari pribadi seorang raja yang sekaligus adalah pemimpin agama dan panglima tertinggi. Ia melaksanakan kekuasaan langsung, walaupun ia juga mendelegasikan kekuasaan lokal kepada para gubernur propinsi dan kepala daerah, yang mengumpulkan lalu meneruskan upeti dan pajak yang biasanya dibayar dalam bentuk barang atau hasil bumi. Mereka dibantu oleh jajaran tentara Asyur, yang intinya adalah pasukan kereta perang dengan cukup perlengkapan, terlatih dengan baik sekali dan teratur, dilengkapi perencana pengepungan, pemanah, pelempar tombak dan ali-ali.

 Penduduk daerah-daerah yang ditaklukkan dijadikan pengikut dewa Asyur dengan sumpah, dan dipaksa setia pada Asyur baik dalam bidang politik maupun agama. Para pelanggar dihukum dengan tindakan pembalasan dan penyerbuan, yang mengakibatkan kota-kota mereka dijarah dan dihancurkan, para pemimpin pemberontakan dibunuh, para warga yg terampil diperbudak dan diasingkan ke negeri-negeri lain. Sisanya tunduk di bawah pengawasan para pejabat yg pro-Asyur. Hal ini menerangkan baik sikap para nabi Yahudi terhadap Asyur, maupun ketakutan Israel dan Yehuda terhadap  periuk yg mendidih, datangnya dari sebelah utara ( Yer 1:13).
Bangsa Asyur adalah salah satu bangsa yang mendiami daerah Mesopotamia selama beberapa abad lamanya.  Ibukota mereka bernama Asyur dan terletak di tepi barat sungai Tigris.  Para arkheolog yang menggali reruntuhan kota ini menemukan sisa-sisa istana-istana,kuil-kuil tembok-tembok dan pintu-pintu gerbang yang pertama sekali dibangun dan yang diperkirakan berasal dari zaman Abraham[5].  Pada masa-masa sesudah  gedung-gedung pertama dibangun di kota Asyur,bangsa Asyur dua kali berturut-turut menjadi bangsa yang kuat dan yang berkuasa[6].
Hal itu terjadi pertama kali pada masa para Bapa Leluhur Israel dan yang berikutnya pada masa sekitar Keluaran dari Mesir.  Hanya saja pada kali yang kedua ini merka tidak begitu kuat untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di Palestina dan Mesir. Bangsa Assiria atau Asyur diperkirakan menyerbu Palestina pada abad ke-9 Sm[7]. Inilah untuk kali yang ketiga bangsa Asyur menjadi kuat dan berjaya sehingga periode ini menjadi periode kekuasaannya.
Bangsa Asyur adalah penyerang yang  kejam yang merebut banyak kerajaan di sekitarnya termasuk  Israel  dan Yehuda  dan adegan kemenangan mereka terukir pada dinding istana mereka[8]. Pemerintahan Asyur berlangsung dengan sangat kejam dan bengis sehingga rakyat yang diperintah membenci rajanya dan berusaha membebaskan diri setiap ada kesempatan. Kekaisaran asyur berada di puncak kekuasaan yang mengagumkan kira-kira antara tahun 880-612 SM.  Itu didasarkan pada tiga kota dari Asshur,Calah,dan Niniwe.  Keaisarn itu tidak hanya mengendalikan Israel dan Yehuda,tetapi juga Mesir,Siria,dan Babel.  Namun demikian akhirnya kekaisaran itu terlalu luas dan negara-negara yang ditaklukkan meulai memperoleh kembali kemerdekaannya.
Pada abad ke-8 dan ke-7 SM banyak kejadian yang secara mendalam mempengaruhi kehidupan bangsa-bangsa yang berdiam di sekitar kawasan Asia Barat Daya Kuno,termasuk bangsa Israel dan Mesir. Akan tetapi ternyata bangsa Asyur tidak selalu berkuasa dalam masa 200 tahun tersebut di atas. Jika ia kuat maka ia akan memaksa banyak bangsa kecil tersebut akan memberontak dan melepaskan diri dari kekuasaannya.  Sejarah bangsa-bangsa kecil ini merupakan suatu cerita yang berulang-ulang tentang takluknya mereka di bawah kekuasaan Asyur dan perjuangan mereka untuk melepaskan diri dari kekuasaan bangsa Asyur tersebut.
Bangsa Asyur mempertahankan kekuasaannya atas negeri-negeri yang mereka taklukkan dengan jalan mengorganisasikan negeri-negeri itu ke dalam wilayah-wilayah pemerintahannya.  Mereka kadang-kadang menghapuskan batas-batas nasional yang lama dan membentuk proponsi-propinsi baru dengan ibu kota yang baru pula. Jika penduduk dari negeri-negeri itu memberontak maka Asyur akan mengasingkan mereka dari negerinya dan menempatkan mereka  di salah satu negeri dalam wilayah kemaharajaan Asyur.  Hanya beberapa saja dari antara bangsa-bangsa itu yang diizinkan tetap mempertahankan sistem politik mereka dan hal  itu hanya boleh berlangsung di bawah pemerintahan yang ditunjuk atau disetujui oleh bangsa Asyur.
Lebih dari 300 tahun Asyur menjajah dunia Timur Tengah dengan ibu kotanya  adalah Niniwe selama lebih dari 100 tahun . Asyur memerintah dengan teror dan kekejaman,menuntut pajak berat,tidak mengizinkan adanya kompromi atau pembatalan perjanjian,mendeportasi seluruh penduduk seperti terjadi dengan kerajaan utara,Israel, tahun 732 SM dan 721 SM, dan memindahkan penduduk ke wilayah yang dahulu[9].

B.    Peta Kekuasaan Asyur

C.    Hubungan Israel dengan Asyur

Tiglat Pileser, datang menyerang Israel Utara dan menduduki tanah Galilea.  Ia selanjutnya menjajah tanah Filistin sepanjang pantai Israel Utara di seberang sungai Yordan ( tanah Gilead ). Kemudian Tiglath Pileser juga menduduki tanah Aram dengan ibu kota Damaskus ( 732 ). Pada tahun 726 Sm, Tiglath Pileser wafat dan diganti oleh Salmaneser V.  Sementara itu, Isarel utara tetap memberontak terhadap Asyur.  Akibatnya pada tahun 721 Sm,kota Samaria jatuh dan diduduki  oleh Asyur,setelah dikepung tiga tahun lamanya.  Negara Israel utara dihapus oleh raja Sargon dan sebagian besar penduduknya dibuang ke Asyur.
Pada tahun 721 SM,Samaria sebagai ibu kota Kerajaan Israel Utara diserbu oleh pasukan Asyur (Asiria) yang dipimpin oleh Shalmaneser V dan dilanjutkan oleh Sargon II. Dan satu tahun kemudian Samaria takluk dan dihancurkan. Penduduk Kerajaan Israel Utara yang merupakan 10 Suku Israel diasingkan dan dibuang ke Khorason, yang sekarang merupakan bagian dari Iran Timur dan Afganistan Barat. Suku-suku ini dipercaya oleh Bangsa Yahudi saat ini telah hilang dari sejarah.
Raja Salmaneser V mulai melakukan pengepungan atas Samaria,ibu kota Israel selama tiga tahun sampai kejatuhannya. Orang-orang Israel dibuang ke Asyur dan kerajaan utara (Israel) dihancurkan pada tahun 722/721 Sm.  Pada tahun 722 sebelum masehi ibu kota Israel utara (Samaria ) jatuh ke tangan pasukan Salmaneser,raja Asyur,sebagai hukuman Allah atas dosa mereka ( 2 raja.17 ) dan juga para pemimpin beserta sebagian rakyatnya dibuang ke Asyur dan negara-negara lain,dan diganti dengan orang-orang asing[10]. Segera setelah kehancuran Israel,orang-orang Asyur mengalahkan Mesir.  Kemudian tahun 701 SM, raja Sanherib mengepung Yerusalem karena raja Hizkia dari Yehuda berhenti membayar pajak kepadanya.  Kemudian Sanherib kembali ke Asyur namun dibunuh oleh kedua anaknya.
Keterangan di Alkitab memperlihatkan bahwa Israel beberapa kali melakukan pertempuran dengan Asyur. Pertempuran pertama (sekitar tahun 853 sM) terjadi di Qarqar, di tepi sungai Orontes. Pada pertempuran ini Ahab, raja Israel, berhasil menahan ekspansi Asyur yang dipimpin oleh raja Shalmanaser III. Setelah peristiwa ini, Israel menghadapi konflik internal yang ditandai dengan pergantian kekuasaan dari dinasti Omri ke Yehu. Di bawah pemerintahan Yehu, konfrontasi Israel utara dengan Ayur dihentikan dengan jalan membayar upeti kepada Asyur.
Pada akhir abad ke-8 SM, tekanan Asyur terhadap Israel Utara melemah. Sebagian besar pasukan ditarik kembali untuk menghadapi serangan Urartu. Situasi ini dimanfaatkan oleh Israel utara untuk bangkit dan mencapai kemakmuran di bawah pemerintahan Yerobeam II. Akan tetapi, Asyur di bawah pimpinan raja Tiglat-Pileser III kembali menyerang wilayah Palestina. Mereka berhasil menguasai beberapa wilayah Israel ( 2 Raja-raja 15: 2; 16:5-9; Yesaya 7:1-7) dan mewajibkan Israel membayar upeti.
Kerajaan Israel utara dihancurkan sama sekali,raja,para bangsawan dan sebagaian besar rakyatnya dibuang ke Asyur,dan bekas wilayah kerajaan ini dimasukkannya sebagai bagian dari salah satu  provinsinya.  Sikap ini terjadi karena Israel utara bersama dengan kerajaan Aram memutuskan untuk melawan ekspansi Ayur ke daerah selatan.  Semula kedua negara ini mengajak Yehuda bergabung dalam suatu koalisi militer untuk melawan Asyur,namun Yehuda menolak.  Akibatnya,Israel utara dan Aram menyerang Yehuda dan pecahlah apa yang dikenal dalam sejarah Israel sebagai perang syro-efraim (_+ 725-722 sm )[11].


Yehuda kemudian meminta bantuan Asyur dan dengan segera Asyur mengalahkan kedua kerajaan ini.  Yehuda kemudian menjadi vazal , negara di bawah perlindungan Asyur.  Kerajaan Yehuda tetap ada,rajanya tetap memerintah,namun mereka berkewajiban membayar upeti kepada Asyur setiap tahun dan wajib tunduk kepada kekuasaan Asyur. Jadi pada mulanya Yehuda dengan sukarela mengundang kehadiran kekuasaan Asyur untuk membantunya mengalahkan Israel utara dan Aram,akan tetapi dalam perkembangan berikutnya Asyur memanfaatkan situasi ini untuk menaklukkan Yehuda tanpa kekerasan militer,dan mengenakan syarat-syarat yang amat memberatkan Yehuda.
Kekalahan Israel dari Asyur membuat kerajaan ini hilang untuk selamanya. Samaria yang  menjadi ibukota kerajaan ini memang terus ada, namun kebijakan politik Asyur membuat kota ini tidak lagi identik dengan Israel. Orang-orang yang tinggal di dalamnya adalah bangsa campuran yang masing-masing memiliki ilah. Ini jugalah yang membuat orang Yahudi di kemudian hari tidak pernah mengakui penduduk Samaria sebagai saudara mereka.

BAB III
PENUTUP
Dalam bagian penutup ini diakhiri dengan kehancuran atau kejatuhan bangsa Asyur dalam pemerintahannya. Asyurbanipal,raja Asyur dan anak-anaknya yang kemudian juga menjadi raja menggantikannya,tidak berhasil mempertahankan kedaulatan Asyur atas seluruh kemaharajaan.  Bangsa Media berhasil merebut kota Asyur pada tahun 614 SM .  Dan pada tahun 612 SM angkatan perang  gabungan dari Media dan Babilonia berhasil merebut Niniwe, ibukota kerajaan Asyur pada masa pemerintahan Sanherib.  Sisa-sisa bangsa Asyur berusaha bertahan di kota Haran akan tetapi pada tahun 610 SM mereka dikalahkan seluruhnya.  Mereka memang sempat memperoleh pertolongan dari bala tentara Mesir ,namun pertolongan itu tidak mampu menyelamatkan Asyur dari kehancurannya[12].
              Nabopolazar,ayah Nebukadnezar yang menjadi raja pada tahun 625,dapat membebaskan dirinya dari kekuasaan Asyur.  Bersama-sama dengan Madai ia memerangi Asyur.  Pada tahun 612 Niniwe ditaklukkan oleh orang Madai dan Babel.  Orang-orang Asyur mempertahankan diri beberapa waktu di Haran, tetapi di sanapun pada akhirnya mereka menyerah kepada orang-orang Babel[13] .  Ini semuanya mengakibatkan bahwa Asyur tidak sempat lagi mengurus daerah-daerah jajahannya.  Pada tahun  612 sM,ibu kota Asyur ,Niniwe dihancurkan oleh Media dan pada tahun 539 sM direbut Persia[14]. Niniwe ( di Irak utara ) dihancurkan pada tahun 612 SM oleh koalisi Babel ( Irak selatan ) dan Media dan Persia ( Iran sekarang ), dengan bantuan suku-suku yang kecil-kecil. Kehancuran begitu menyeluruh sehingga ketika Xenofon melewati bekas Niniwe pada tahun 401 Sm, ia hanya mendengar dari para penduduk bahwa sebuah bangsa besar pernah menempati tempat itu dan telah dihancurkan[15] .
              Walupun tidak segera lenyap,Asyur tidak dapat bertahan lama karena ibukotanya yang berbenteng serta proponsi-propinsi yang mendukungnya sudah dirampas.  Walaupun Firaun Nekho II dari Mesir dengan nekad mengerahkan persekutuan Mesir-Asyur untuk melawan Cyaxares dan Nabopolasar,namun Asyur hanya dapat menunda kehancuran yang tak terhindarkan itu sampai tahun 609 SM[16].
          Asyur yang berada di ambang kehancuran,khususnya dipercepat prosesnya oleh Nabopolassar dan sekutu-sekutunya,orang Media yang bergerak ke arah barat dari bagian barat laut Persia.  Kebijakan Mesir pada saat itu mengambil haluan yang baru.  Sesudah berabad-abad lamanya menentang dominasi Asyur di pantai Laut Tengah,Mesir di bawah pimpinan Firaun Nekho,mendukung Asyur menentang persekutuan orang Babilonia dan Media[17].  Ternyata Mesir lebih suka berhubungan dengan Asyur yang lemah daripada Babel yang perkasa.
              Asyur dalam kesombongannya bagaikan perkakas yang menyangka dirinya sebagai tukang kayu, yang karena digerakkan oleh tangan menganggap diri manusia.  Suatu bangsa yang sebentar dipakai oleh Allah sebagai perkakasNya menganggap dirinya Allah.hal 97.  Telah kita dengar nubuat Yeremia tentang Babel.  Kerajaan Asyur pada masa itu sudah hilang dari muka bumi, Tuhan telah membuang tongkat Asyur dan memilih perkakas yang baru,yaitu palu godam cokram Babel[18].

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab
Amstrong,Karen, The Great Transformation  Awal Sejarah Tuhan, ( Cisaranten  Wetan: PT mizan Pustaka,2007 )
 Bakker, F.L, Sejarah Kerajaan Allah ( Cetakan ke-15- Jakarta:Gunung Mulia,2007 )
Baker,I David, Mari Mengenal Perjanjian Lama ( Cetakan ke-11, Jakarta:Gunung Mulia,2008)
 Bergant,Dianne dkk,Tafsir Alkitab Perjanjian Lama ( Yogyakarta:Kanisius,2002 )
 Doney, Meryl,Kitab yang Mengubah Dunia: Bagaimana Alkitab sampai kepada Kita ( Jakarta:BPK Gunung Mulia,t.t )
Internet
Hinson,F David, Sejarah Israel pada Zaman Alkitab ( Cetakan ke-7- Jakarta: Gunung Mulia,2004 )
Keene,Michael, Alkitab Sejarah,Proses Terbentuk,dan Pengaruhnya  (Jogjakarta:KANISIUS,2006)
 Mawene,Marthinus ,Teologi Kemerdekaan ( Cetakan ke.1-Jakarta:Gunung  Mulia,2004 )
Lasor,S.W dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat  ( Cetakan ke-9-  Jakarta: Gunung Mulia,2007 )
Rothlisberger, H,Firmanku seperti Api:Para Nabi Israel ( Cetakan ke-4-Jakarta:Gunung Mulia,2002 )



[1] Internet: http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Asyur  pada tanggal  9 Maret 2013

[2]  David F.Hinson, Sejarah Israel pada Zaman Alkitab ( Cetakan ke-7- Jakarta: Gunung Mulia,2004 ), 159
[3]  Michael Keene, Alkitab Sejarah,Proses Terbentuk,dan Pengaruhnya  (Jogjakarta:KANISIUS,2006), 21
[4]  David F.Hinson, Sejarah Israel pada Zaman Alkitab ( Cetakan ke-7- Jakarta: Gunung Mulia,2004 ), 159

[5] David F.Hinson, Sejarah Israel pada Zaman Alkitab ( Cetakan ke-7- Jakarta: Gunung Mulia,2004 ), 157
[6] Ibid,157
[7] Ibid .157
[8] Meryl Doney, Kitab yang Mengubah Dunia: Bagaimana Alkitab sampai kepada Kita ( Jakarta:BPK Gunung Mulia,t.t ),4

[9]  Dianne Bergant dan Robert J.Karris,Tafsir Alkitab Perjanjian Lama ( Yogyakarta:Kanisius,2002 ),686
[10] David l Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama ( Cetakan ke-11, Jakarta:Gunung Mulia,2008),70

[11]  Marthinus  Mawene, Teologi Kemerdekaan ( Cetakan ke.1-Jakarta:Gunung  Mulia,2004 ) ,20

[12] David F.Hinson, Sejarah Israel pada Zaman Alkitab ( Cetakan ke-7- Jakarta: Gunung Mulia,2004 ), 159
[13] F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah ( Cetakan ke-15- Jakarta:Gunung Mulia,2007 ),672
[14] Karen Amstrong, The Great Transformation  Awal Sejarah Tuhan, ( Cisaranten  Wetan: PT mizan Pustaka,2007 ),112

                        [15]  Dianne Bergant dan Robert J.Karris,Tafsir Alkitab Perjanjian Lama ( Yogyakarta:Kanisius,2002 ),686
                        [16]  W.S.Lasor,D.A Hubbard,F.W.Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat  ( Cetakan ke-9-  Jakarta: Gunung Mulia,2007 ),364
[17] W.S.Lasor,D.A Hubbard,F.W.Bush,Pengantar Perjanjian L ama 1: Taurat dan Sejarah ( Cetakan ke-12- Jakarta:Gunung Mulia,2008 ),399
                        [18] H.Rothlisberger, Firmanku seperti Api:Para Nabi Israel ( Cetakan ke-4-Jakarta:Gunung Mulia,2002 ),97